Konsep Dasar
Pendekatan
realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologi tunggal yang
hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup suatu
kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan dan ketersendirian.
Menurut pendekatan
realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas dalam pengertian
“identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dalam pembentukan
identitas asing-masing dari kita mengembangkan keterlibatan-keterlibatan dengan
orang lain dan dengan bayangan diri, yang dengannya kita relative merasa
berhasil atau tidak berhasil.
Menurut Glasser,
basis dari terapi realitas adalah membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar psikologisnya yang mencakup “kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik
bagi diri sendiri maupun orang lain”.
Pandangan
Tentang Sifat Manusia
Pandangan tentang manusia mencakup pernyataan bahwa
suatu “kekuatan pertumbuhan” mendorong kita untuk berusaha mencapai suatu
identitas keberhasilan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Glasser dan Zunin,
“kami percaya bahwa masing-masing individu memiliki kekuatan kearah kesehatan
dan pertumbuhan. Pada dasarnya orang-orang ingin puas hati dan merasakan
identitas keberhasilan menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab dan memiliki
hubungan interpersonal yang penuh makna”. Pandangan terapi realitas menyatakan
bahwa, karena individu dapat mengubah cara hidup, perasaan, dan tingkah
lakunya, maka merekapun dapat mengubah identitasnya. Perubahan identitas
bergantung pada perubahan tingkah laku.
Secara lebih
terperinci hakikat manusia menurut pendekatan realistis adalah sebagai berkut:
o
Manusia memiliki kebutuhan psikologis tunggal
yang disebut kebutuhan akan identitas
o
Manusia memiliki kekuatan untuk tumbuh
yang mendorong menuju ke identitas sukses
o
Kekuatan tumbuh bukanlah bawaan
o
Manusia memiliki kemampuan untuk
mengarahkan diri sendiri dan bertanggung jawab
o
Manusia adalah agen perubahan terhadap
dirinya sendiri.
C. Cirri-Ciri
Pendekatan Realistis
Sekurang-kurangnya
ada delapan cirri yang menentukan terapi realitas sebagai berikut.
1. Terapi
realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa
bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidak
bertanggungjawaban.
2. Terapi
realistis berfocus pada tingkah laku sekarang atau menekankan kesadaran atau
tingkah laku sekarang.
3. Terapi
realistis berfokus pada masa sekarang bukan masa lampau, karena masa lampau
seseorang itu telah tetap dan tidak dapat diubah maka yang dapat diubah hanya
masa sekarang dan masa yang akan datang.
4. Terapi
realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi realitas
menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai kualitas
tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang menjadi penyebab
kegagalannya.
5. Terapi
realitas tidak menekankan transferensi. Terapi realitas menghimbau agarpara
terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakni menjadi diri sendiri tidak
memainkan peran sebagai ayah dan ibu klien.
6. Terapi
realitas menghapus hukuman.
7. Terapi
realitas menekankan aspek-aspek kesadaran .
8. Terapi
realistis menekankan tanggungjawab. Menurut Glasser, orang yang bertanggung
jawab melakukan apa-apa yang memberikan kepada dirinya perasaan diri berguna
dan perasaan bahwa dirinya dan berguna bagi orang lain.
Tujuan Konseling :
o
Membantu individu mencapai otonomi,
yaitu kematangan yang diperlukan bagi kemampuan seseorang untuk mengganti
dukungan lingkungan dengan dukungan internal.
o
Membantu individu dalam mengartikan dan
memperjelas tujuan hidup mereka.
o
Klien mencapai tingkah laku yang
bertanggung jawab atas siapa mereka dan ingin jadi apa mereka serta
mengembangkan rencana-rencana yang bertanggung jawab dan realistis guna
mencapai tujuan-tujuan mereka.
o
Klien mampu melaksanakan rencana-rencananya
secara mendiri.
Karakteristik Konselor
Ø Konselor
aktif secara verbal dalam mengajukan pertanyaan – pertanyaan
Ø Membawa
klien menghadapi realita
Ø Mengantarkan
klien mengambil keputusan
Ø Membimbing
Ø Moralis,
mengajar klien
Karakteristik Klien
ü Klien
memusatkan pada tingkah laku
ü Klien
membuat dan menyepakati rencana dengan konselor
ü Klien
mengevaluasi tingkah lakunya sendiri
ü Kliena
harus belajar kecanduan positif
ü Klien
mengembangkan sikap yang bertanggung jawab
ü Semakin
sadar akan tingkah lakunya
Peran
Konselor
·
Konselor terlibat dengan klien membawa
klien menghadapi realita
·
Tidak membuat pertimbangan nilai dan
keputusan bagi klien
·
Sebagai pembimbingyang membantu klien
agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.
·
Memberi pujian apabila klien bertindak
dengan cara bertanggung jawab.
·
Mengajari klien bahwa tujuan terapi
tidak diarahkan kepada kebahagiaan, karena menurut terapi realistis klien bisa
menciptakan kebahagiaannya sendiri.
Teknik Konseling
1.
Terlibat dalam permainan peran dengan
klien
2.
Menggunakan humor
3.
Mengkonfrontasikan klien dan menolak
dalih apapun
4.
Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana
spesifik bagi perubahan
5.
Melayani klien sebagai model dan guru
6.
Menentukan batas-batas dan menyusun
situasi terapi
7.
Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau
sarkasme yang tepat untuk menentang klien dengan tingkah lakunya yang tidak
realistis
8.
Melibatkan diri dengan klien dalam upaya
mencari kehidupan yang lebih efektif
Kelebihan
Dan Kelemahan
Kelebihan
à
Klien bisa belajar TI yang lebih
realistic dan karenanya bisa tercapai keberhasilan
à
Jangka waktu terapi yang relatif pendek
dan berurusan dengan masalah TL sadar
à
Langsung lebih cepat menyadarkan klien
karena menggunakan secara langsung mengajak klien berbuat.
à
Bersifat praktis, luwes dan efektif
à
Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan
pengetahuan tentang diagnosis dan psikopatologi.
Kelemahan
à
Klien bisa belajar tingkah laku yang
lebih realistic dan karenanya bisa mencapai keberhasilan
à
Jangka waktu terapi yang relatif pendek
dan berurusan dengan masalah tingkah laku sadar
à
Teknik yang digunakan kurang mampu
mengungkapkan data yang dialami dari diri pribadi klien
à
Hanya menekankan perilaku tanpa
mempertimbangkan sisi perasaan
à
Tidak memberikan penekanan yang cukup
pada dinamika tidak sadar dan pada masa lampau individu sebagai salah satu
determinan dari TLnya sekarang
à
Bisa terjadi suatu tipe campur tangan
yang dangkal karena ia menggunakan kerangka yang terlampu disederhanakan.
Referensi:
Corey, Gerald. Teori dan praktek konseling dan
psikoterapi. Revika Aditama. Bandung. 2010.
http://vievie28.web.id/index.php?option=com_content&view=article&catid=1&id=88&Itemid=75
0 komentar:
Posting Komentar