Rabu, 09 Januari 2013

Pendekatan Analisis Transaksional



A.   Sejarah Lahirnya Pendekatan Analisi Transaksional
Pendekatan analisis transaksional dipelopori oleh Erick Berne (1910-1970) setalah ia mendapatkan gelar M.D (Medical Doctor). Dari McGill University di Montreall pada tahun 1935. Ia menyelasaikan spesialisasi psikiatri di Yale University. Ketika mengabdi di Tentara Amerika Serikat (USArmy) selama tahun1943-1946, ia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok. Setelah itu ia memulai praktik psikiatri di Carmel, California. Berdasarkan hasil observasinya terhadap konseli-konseli, Berne membuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar psikiatris pada zaman itu, yaitu pada pertengahan tahun 1950-an.
Pada usia 46 tahun, ia mengundurkan diri dari keanggotaan The Psychoanalitic Institute. Kemudian mendobrak asumsi dasar dari psikiatris tradisional dan mulai berpraktik dengan Transactianal Analysis. Pada tahun 1946 dia mengeluarkan buku Games People Play yang menjadi International Best-seller (Thompson, 2004).
B.   Pandangan Tentang Manusia
Pandangan analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah pada dasarnya manusia mempunyai keinginan atau dorongan – dorongan untuk memperoleh sentuhan atau “stroke”. Sentuhan ini ada yang bersifat jasmaniah dan rohaniah serta yang berbentuk verbal dan fisik. Yang menjadi keperibadian seseorang ialah bagaimana individu memperoleh sentuhan melalaui transaksi. Penampilan kepribadian seseorang terbentuk dari naskah hidup seseorang yang telah terbentuk sejak usia muda.
Manusia dianggap memiliki pilihan dan tidak tergantung pada masa lalu. Walaupin pengalaman masa lalu yang menentukan posisi hidup tidak bisa dihapus, individun dapat mengubah posisinya. Seperti yang dikemukakan Berne (1970):
“Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu hal yang pertama dipelajarinya adalah berbuat sebagaimana diperintahkan, dan dia menghabiskan sisa hidupnya dengan berbuat seperti itu. Jadi, penghambaan diri yang pertama dijalani adalah penghambaan pada orangtua. Dia menuruti perintah-perintah orangtua untuk selamanya, hanya dalam beberapa keadaan saja mempunyai hak untuk memilih cara-caranya sendiri, dan menghibur diri dengan suatu ilusi tentang otonomi” (Corey, 2010:159).
C.   Struktur Kepribadian
Analisis transaksional meyakini pada diri individu terdapat unsure-unsur  kepribadian yang terstruktur dan itu  meruakan satu kesatuan yang disebut dengan “ego state”. Adapun unsur kepribadian itu terdiri dari:
1.      Ego state child ; Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak seperti bersifat manja, riang, lincah dan rewel. Tiga bagian dari ego state child ini ialah:
a.      Adapted child (kekanak-kanakan): Unsur ini kurang baik ditampilkan saat komunikasi karena banyak orang tidak menyukai dan hal ini menujukkan ketidak matangan dalam sentuhan.
b.      Natural child (anak yang alamiah):  Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain karena sifatnya yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura, dan kebanyakan orang senang pada saat terjadinya transaksi.
c.        Little professor : Unsur ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang gembira dan menyenangkan padahal apapun yang dilakukannya itu tidaklah menunjukkan kebenaran.
2.       Ego state parent; Ciri kepribadian yang diwarnai oleh siafat banyak menasehati, memerintah dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini terbagi dua yaitu:
a.      Critical parent; Bagian ini dinilai sebagai bagian kepriadian yang kurang baik, seperti menujukkan sifat judes, cerewet, dll.
b.      Nurturing parent; Penampilan ego state seperti ini baik seperti merawat dan lain sebagianya.
3.      Ego state adult; Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana.
Dengan demikian untuk kita ketahui bahwasanya dalam tiap individu ego state yang tiga diatas selalu ada yang berbeda Cuma kadarnya saja. Berapa banyak ego state yang ada dalam individu akan mempengaruhi tingkah lakuorang tersebut.
Berdasarkan keberadaan ego state terdapat tiga komposisi yang ada dalam diri individu adalah:
1.      Ego state normal : Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana orang itu berada. Penampilan ego state yang normal ini dapat dilihat dalam suasana yang serius.
2.      Ego state kaku : Ego state yang ditmpilaknnya tidak berbeda tetapi hanya satu saja.
3.      Ego state cair : Tidak ada batasan antara penampilan ego state yang satu dengan yang lain.

D.   Perkembangan Kepribadian Yang Sehat
Ciri-ciri kepribadian yang sehat menurut Hansen (dalam Taufik, 2009;111) adalah:
1)      Individu dapat menampilkan ego statenya secara luwes sesuai dengan tempat ia berada.
2)      Individu berusaha menemukan naskah hidupnya secara bebas serta memungkinkan pula ia memperoleh sentuhan secara bebas pula.
3)      Memilih posisi hidup revolusioner, saya OK kamu Ok.
4)       Ego statenya bersifat fleksibel tidak kaku dan tidak pul cair.
E.   Perkembangan Kepribadian Yang Abnormal
Masih dalam buku sumber yang sama cirri kepribadian yang abnormal ialah:
1)      Kecendrungan untuk memilih posisi devolusioner, obvolusioner dan pada dirinya ada unsure tidak Ok.
2)      Kecenderungan untuk menggunakan ego state yang tunggal.
3)      Ego state yang ditampilkannya terlalu cair.
4)       Ego statenya tercemar.
F.     Model Analisis dan Diagnosis Masalah Analisis Transaksional
Teori analisi transaksional tentang manusia dan hubungan manusia didapat dari pengumpulan data melalui empat tipe analisis yaitu:
1)      Analisis Struktur (structural analysis)
Menjelaskan kepada klien bahwasanya kita sebagai indvidu mengemban tiga ego state dan menjelaskan tentang ego state itu satu persatu, sehingganya individu itu sadar ego state yang mana yang lebih dominan dalam dirinya.

Dengan mengetahui struktur ego state konseli, akan diketahui masalah yang dihadapi konseli. Bila konseli dominan menggunakan ego state A masalah yang dihadapinya kurngnya rasa pecaya diri atau dipandang rendah orang lain. Bila O yang domninan maka konseli tengah ditakuti, dijauhi, disishkan atau diasingkan orang lain.
2)      Analisis Transaksi (transactional analysis)
Transaksi antara konselor – konseli pada hakekatnya adalah tranasksi antar status ego keduanya. Konselor menganalisa status ego yang terlihat dari respons atau stimulus konseli. Dengan orang lain Baik dari kata-kata yang diungkapkan konseli, maupun dengan bahasa non verbal. Data atau informasi yang diperoleh dari transaksi dijadikan konselor untuk bahan analisis atau problem yang dihadapi konselor.
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingganya konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau  belum.
3)      Analisis Mainan (game analysis)
Analisis mainan adalah analisis hubungan transaksi yang terselubung antara Konseli dengan konselor atau dengan Lingkungannya. Mungkin konseli dalam transaksinya sering mengumpulkan “kupon emas atau kupon Coklat” (perasaan menang atau perasaan kalah). Bila konseli dalam games sering berperan sebagai pemenang, maka ada kemungkinan ia menjadi amat takut sewaktu-waktu akan menerima kopon cokelat yang banyak.
Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh konseli untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah konseli mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
4)      Analisis Skript (script analysis)
Analisis Skript ini merupakan usaha konselor yang terakhir, dan diperlukan mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai menyelidiki transaksi seseorang sejak masa kecil dan standar sukses yang telah ditanamkan orang tuanya.
Hal ini dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkiti posisi hidup yang tidak sehat.
G.  Tujuan Konseling
Menurut corey, melihat dari tujuan dasar dari analisis transaksional adalah membantu klien dalam membuat putusan-putusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekrang dan arah hidupnya. Sasaranya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih telah dibatsai oleh putusan dini mengenai posisi hidupnya.
Menurut Harris (1967) melihat tujuan Analisis Transaksional sebagai membantu individu agar memiliki kebebasan memilih kebebasan mengubah keinginan, kebeasan mengubah respons-respons terhadap stimulus yang lazim maupun yang baru (h.82).
Menurut Lutfi Fauzan, Tujuan konseling analisis transaksional dapat dibagi menjadi dua yaitu:
·         Tujuan Umum Konseling Analisis Transaksional, ialah membantu individu mencapai otonomi. Individu dikatakan mencapai otonomi bilamana ia memliki Kesadaran, Spontanitas, Keakraban.
·         Tujuan Khusus Konseling Analisis Transaksional :
a)      Konselor membantu klien membebankan Status Ego Dewasanya dari kontaminasi dan pengaruh negatif Status Ego Anak dan Status Ego Orang tua.
b)      Konselor membantu klian menetapkan kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan terlepas dari perintah-perintah orang tua.
c)      Konselor membantu klien untuk menggunakan semua status egonya secara tepat.
d)     Konselor membantu klien  untuk mengubah keputusan-keputusan yang mengarah pada posisi kehidupan “orang kalah”.
H.    Tekni-teknik Konseling
Teknik-teknik konseling analisis transaksional banyak menggunakan teknik-teknik pendekatan Gestalt. James dan Jongeward (1971) mengombinasikan konsep dan proses analisi transaksional dengan eksperimen Gestalt dan kombinasi ini memberikan hasil yang menjanjikan pada self-awareness dan autonomy.
1)      Metode Didaktik (Didactic Methods).
2)      Kursi Kosong (Empty Chair).
3)      Bermain Peran (Role Playing)
4)      Penokohan Keluarga (Family Playing)
5)      Analisi Ritual dan Waktu luang (Analysis of Rituals and Pastime)

I.        Kelebihan Dan Kelemahan Pendekatan Analisis Transaksional
Ø Kelebihannya yaitu:
·      Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
·      Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.
·      Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri
Ø Kelemahannya yaitu:
·           Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan.
·           Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan.
·           Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya
·           Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri

Referensi:

Corey, Gerald. (2010). Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi, cetakan keenam. Bandung: PT. Refika Aditama. 
Komalasari, Gantina, dkk. (2011). Teori Dan Tehnik Konseling, cetakan kedua. Jakarta: PT. Indeks.