Sabtu, 06.04.2013 (tulisan yang belum tersampaikan)
Sejak kecil saya sudah kehilangan ibu, beliau meninggal
dalam perjuangan melahirkan saya kedunia. Dari kecil saya tidak begitu paham
tentang arti seorang ibu karena masa kecil saya lalui bersama nenek, dan
saudara-saudara almarhumah. Namun sesekali ayah dan bunda datang menjenguk
saya. Banyak teman-teman yang bertanya, sejak kapan saya menyadari bahwa ibu
saya sudah meninggal dan bagaimana respon saya ketika tau posisi ibu telah
terganti oleh bunda. Jawabannya adalah saya tidak tau kapan pastinya karena
semuanya mengalir begitu saja. Dan ketika saya tau bunda hadir dalam kehidupan
kami, ya saya biasa saja karena memang saya tidak begitu memahami tentang arti
ibu serta perbedaannya dengan bunda .
Saya menyadari begitu banyak kesalahan yang telah saya
lakukan dan saya yakin itu menorehkan luka dihati bunda. Kala itu saya adalah
sosok anak kecil yang sangat menyebalkan. Suka membantah, maunya menang
sendiri, bergaul dengan laki-laki dan saya tidak pernah mengenal waktu ketika
asik bermain. Kebiasaan tersebut juga terbawa ketika sesekali saya menginap
dirumah ayah (istilah saya). Salah satu penyebab kenakalan saya waktu itu
adalah akibat terkontaminasi dengan lagu yang kira-kira begini lirirknya “ibu
tiri hanya cinta kepada ayahku saja” dan film bawang putih bawang merah. Lagu
dan film tersebut memiliki dampak yang sangat buruk pada saya. Walaupun nenek
dan sodara-sodara sering menasehati tapi saya tidak perduli, dan saya tetap
berpedoman pada lagu dan film tersebut. Astaghfirullah.
Bunda adalah sosok pribadi yang lembut dan jarang sekali
marah. Beliau tidak pernah membeda-bedakan antara saya dan adik-adik, semua
diperlakukan sama. Sejak kecil bunda selalu membelikan baju yang sama antara saya
dan adik perempuan saya. Bahkan hingga kini usia saya sudah 22 tahun beliau
masih saja membelikan baju yang sama untuk saya dan adik. Bahkan ketika lebaran
tiba, beliau tidak sungkan untuk mengunjungi nenek, dan makam ibu saya. Sosok
yang luar biasa. Waktu kecil saya sering sekali menyakiti hati bunda entah
perilaku seperti apa yang sudah saya munculkan, namun ketika di ingat-ingat, sangat
banyak kesalahan yang sudah saya lakukan. Sampai-sampai saya tidak bisa mengurutkan
satu persatu.
“Bunda maafkan semua kesalahan kakak dimasa lalu, kesalahan
seorang anak kecil yang tidak memahami arti seorang ibu”. Mungkin secara
biologis bunda memang bukanlah ibu kandung namun secara psikologis beliau
adalah ibu setelah ibu kandung saya. Saya sayang sama bunda. Dan saya banyak
belajar dari segala segi kehidupan bunda. Banyak hal yang dapat dicontoh dari
seorang bunda, yaitu ketika beliau berperan sebagai seorang ibu, maka beliau
adalah sosok yang sabar dan tulus menyayangi anak-anaknya. Dan disaat beliau
berperan sebagai seorang istri, maka beliau adalah sosok istri soleha yang
dapat menyenangkan hati suami. Bunda, ibu serta istri luar biasa.
Sebenarnya inti dari semua tulisan ini adalah saya ingin
menyatakan bahwa ”kakak sayang bunda karena Allah”. Semoga semua ketulusan dan
keikhlasan bunda selama ini berbuahkan syurga. Insyallah.
“Tulisan kali ini akan saya dedikasikan buat bunda....”
.......:) :)
BalasHapustermasuk ana sebagai kawan bermain diwaktu itu (pet - pet nyut,kasti,talo yeye,keong keongngan. hahhahaha) bahkan jadi pemanjat jambu hahahahha....jadi ingat... masa masa kecil kita.. dengan berbagai permainan- permainan
BalasHapusHahahaaa.. sang wate kak azet ek bak jambe droen yng peu karue dri meuyup... :D :p
Hapus