Sabtu, 07 Maret 2015

Langkah Kecilku Part 1

Sungguh indah perencanaan Allah. Pertengahan tahun lalu yaitu tepatnya 7 mei 2014 akhirnya bisa juga memakai toga pertamaku dengan berbagai usaha serta support dari orang tua, saudara, sahabat dan terpenting dukungan kedua dosen pembimbing yang luar biasa. Di akhir bulan Mei saya mendapat informasi tentang "Pendaftaran Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Padang Gelombang II" dengan semangat 45 saya dan 6 orang teman lainnya mengikuti seleksi tersebut pada tanggal 19 Juli 2014, dan Allah memberikan kejutan, saya diterima disana. Rasa haru dan bangga menyelimuti hati. Tetapi saya tidak ikut mendaftar ulang kesana karena beberapa factor, membuat saya tidak meneruskan misi untuk belajar ke kota minang tersebut, bukan karena saya tidak bersyukur tetapi ada faktor yang tidak bisa di elakkan. Kemudian seminggu setelahnya ada seorang teman saya memberikan informasi mengenai Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Lpdp Afirmasi 3T. Karena semangat untuk melanjutkan studi masih sangat menggebu dalam hati maka saya pun mencoba  mendaftarkan diri.
Pada awal Oktober 2014 Allah kembali memberi kejutan dengan menjawab doa saya dan doa semua orang yang mendoakan saya. Saya dinyatakan lulus seleksi.  Rasa haru kembali menyelimuti hati saya karena sahabat saya juga dinyatakan lulus seleksi, artinya jalan untuk meraih mimpi melanjutkan master ke kampus impian mulai terbuka. Sungguh Allah memberi banyak kenikmatan dan kebahagiaan kepada saya dan semuanya secara bersamaan.
Kebahagiaan memang tidak bersifat kekal, pada pertengahan bulan November 2014 Allah memanggil sahabat tercinta (yg lulus seleksi)  kembali kepangkuannya. Saya sangat terpukul, impian yang selama ini kami rancang bersama seakan runtuh. Saya seperti kehilangan separuh tenaga saya, minat untuk melanjutkan master mulai sedikit terkikis. Saya kehilangan separuh jiwa. Saya tidak tau harus bagaimana, semangat melanjutkan studi bersama, berburu beasiswa bersama, merancang mimpi-mimpi gila yang banyak orang menganggap itu mustahil pun bersama, seakan sirna seketika.
Tidak lama setelah kepergian sahabat tercinta, empat hari kemudian Allah juga memanggil nenek terkasih kepangkuannya. Nenek yang memiliki keterikatan emosional kuat dengan saya. Nenek yang sangat mencintai semua cucunya, nenek sering  menanyakan “kalhe pajoh bu? (sudah makan?)” Ketika sampai kerumahnya. Nenek yang sangat perduli dengan cucu-cucunya. Nenek yang sangat saya sayangi. Saya sangat sedih dan tidak bisa berpikir jernih. Semua terasa hampa dan kosong. Semua semangat terasa sirna tak berbekas. Allah benar-benar sedang menguji saya.
Allah memang Maha menepati janji, dan Allah sangat sesuai dengan segala firman-nya. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguh bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau sudah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan selanjutnya). Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap” (QS. Asy-syarh: 5-8).
Lagi-lagi Allah member kejutan yang tak disangka-sangka. Bersama segala kesedihan dan kehilangan kedua orang yang sangat saya sayangi, Allah menggantinya dengan tiga hal lainnya. Allah mengabulkan tiga doa saya yaitu bisa melanjutkan pendidikan master di luar negri, saya ingin “mereka” kembali dan juga masalah jodoh. Di akhir tahun 2014 saya mendapat offer letter dari sebuah kampus pendidikan di malaysia (kampus saya saat ini), semua sahabat saya kembali pada saya dan selanjutnya Allah mempertemukan saya dengan seorang lelaki terbaik yang akan menjadi imam saya kelak. Saya bersyukur di atas segala nikmat ini. Saya percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya dan janji Allah itu pasti.
Jika mengingat secuil perjalanan ini maka saya merasa menjadi seorang hamba yang jauh dari rasa bersyukur (ighfirli rabb). Begitu banyak nikmat yang Allah berikan, kesehatan jasmani dan rohani, orang tua yang sangat menyayangi, adik-adik yang baik, saudara yang mengasihi, sahabat-sahabat yang selalu ada dalam setiap kondisi, lingkungan yang selalu mendukung apapun keinginan saya, dan masih sangattt banyak lagi yang tak mampu di sebutkan satu persatu.
Saya berpikir bahwa Allah memberikan kemampuan kepada kita untuk merancang masa depan kita sebaik mungkin, bercita-cita tinggi. Tetapi yang perlu kita ingat bahwa, sematang apapun perencanaan yang telah kita buat, sungguh rencana Allah untuk hidup kita jauh lebih indah. Sebagai hamba-Nya kita harus ridha dengan segala ketentuan-Nya. Allah tidak akan mengubah nasib kita, kehidupan kita jika kita hanya duduk diam tanpa berbuat apa-apa. Namun kita harus sabar dengan segala ujian dari-Nya. Saya tidak bermaksud mengajari siapapun, dan bukan berarti saya sudah termasuk dalam kategori hamba yang sabar, namun saya ingin mengatakan bahwa untuk meraih apapun kita harus sabar. Berani bermimpi besar harus siap dengan ujian yang besar pula. Dan Allah tidak akan menguji hamba-hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Kita harus yakin itu, agar kita terhindar dari rasa putus asa akan rahmat Allah. Sungguh Allah tidak suka dengan orang-orang yang berputus asa. Wallahu a’lam.
 Tanjong Malim, 8 Maret 2015