Sungguh
indah perencanaan Allah. Pertengahan tahun lalu yaitu tepatnya 7 mei 2014
akhirnya bisa juga memakai toga pertamaku dengan berbagai usaha serta support dari orang tua, saudara, sahabat
dan terpenting dukungan kedua dosen pembimbing yang luar biasa. Di akhir bulan Mei
saya mendapat informasi tentang "Pendaftaran Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Negeri Padang Gelombang II" dengan semangat 45 saya dan 6
orang teman lainnya mengikuti seleksi tersebut pada tanggal 19 Juli 2014, dan Allah
memberikan kejutan, saya diterima disana. Rasa haru dan bangga menyelimuti hati.
Tetapi saya tidak ikut mendaftar ulang kesana karena beberapa factor, membuat
saya tidak meneruskan misi untuk belajar ke kota minang tersebut, bukan karena
saya tidak bersyukur tetapi ada faktor yang tidak bisa di elakkan. Kemudian
seminggu setelahnya ada seorang teman saya memberikan informasi mengenai Beasiswa
Pendidikan Indonesia (BPI) Lpdp Afirmasi 3T. Karena semangat untuk melanjutkan
studi masih sangat menggebu dalam hati maka saya pun mencoba mendaftarkan diri.
Pada awal Oktober 2014 Allah kembali memberi kejutan dengan menjawab doa saya
dan doa semua orang yang mendoakan saya. Saya dinyatakan lulus seleksi. Rasa haru kembali menyelimuti hati saya
karena sahabat saya juga dinyatakan lulus seleksi, artinya jalan untuk meraih
mimpi melanjutkan master ke kampus impian mulai terbuka. Sungguh Allah memberi
banyak kenikmatan dan kebahagiaan kepada saya dan semuanya secara bersamaan.
Kebahagiaan
memang tidak bersifat kekal, pada pertengahan bulan November 2014 Allah
memanggil sahabat tercinta (yg lulus seleksi) kembali kepangkuannya. Saya sangat terpukul,
impian yang selama ini kami rancang bersama seakan runtuh. Saya seperti
kehilangan separuh tenaga saya, minat untuk melanjutkan master mulai sedikit
terkikis. Saya kehilangan separuh jiwa. Saya tidak tau harus bagaimana,
semangat melanjutkan studi bersama, berburu beasiswa bersama, merancang
mimpi-mimpi gila yang banyak orang menganggap itu mustahil pun bersama, seakan sirna
seketika.
Tidak
lama setelah kepergian sahabat tercinta, empat hari kemudian Allah juga
memanggil nenek terkasih kepangkuannya. Nenek yang memiliki keterikatan
emosional kuat dengan saya. Nenek yang sangat mencintai semua cucunya, nenek
sering menanyakan “kalhe pajoh bu? (sudah
makan?)” Ketika sampai kerumahnya. Nenek yang sangat perduli dengan
cucu-cucunya. Nenek yang sangat saya sayangi. Saya sangat sedih dan tidak bisa
berpikir jernih. Semua terasa hampa dan kosong. Semua semangat terasa sirna tak
berbekas. Allah benar-benar sedang menguji saya.
Allah
memang Maha menepati janji, dan Allah sangat sesuai dengan segala firman-nya. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Sesungguh bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau sudah
selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan selanjutnya).
Dan hanya kepada tuhanmulah engkau berharap” (QS. Asy-syarh: 5-8).
Lagi-lagi
Allah member kejutan yang tak disangka-sangka. Bersama segala kesedihan dan
kehilangan kedua orang yang sangat saya sayangi, Allah menggantinya dengan tiga
hal lainnya. Allah mengabulkan tiga doa saya yaitu bisa melanjutkan pendidikan
master di luar negri, saya ingin “mereka” kembali dan juga masalah jodoh. Di
akhir tahun 2014 saya mendapat offer
letter dari sebuah kampus pendidikan di malaysia (kampus saya saat ini),
semua sahabat saya kembali pada saya dan selanjutnya Allah mempertemukan saya
dengan seorang lelaki terbaik yang akan menjadi imam saya kelak. Saya bersyukur
di atas segala nikmat ini. Saya percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan
hamba-Nya dan janji Allah itu pasti.
Jika
mengingat secuil perjalanan ini maka saya merasa menjadi seorang hamba yang
jauh dari rasa bersyukur (ighfirli rabb). Begitu banyak nikmat yang Allah
berikan, kesehatan jasmani dan rohani, orang tua yang sangat menyayangi,
adik-adik yang baik, saudara yang mengasihi, sahabat-sahabat yang selalu ada
dalam setiap kondisi, lingkungan yang selalu mendukung apapun keinginan saya,
dan masih sangattt banyak lagi yang tak mampu di sebutkan satu persatu.
Saya
berpikir bahwa Allah memberikan kemampuan kepada kita untuk merancang masa
depan kita sebaik mungkin, bercita-cita tinggi. Tetapi yang perlu kita ingat
bahwa, sematang apapun perencanaan yang telah kita buat, sungguh rencana Allah
untuk hidup kita jauh lebih indah. Sebagai hamba-Nya kita harus ridha dengan
segala ketentuan-Nya. Allah tidak akan mengubah nasib kita, kehidupan kita jika
kita hanya duduk diam tanpa berbuat apa-apa. Namun kita harus sabar dengan
segala ujian dari-Nya. Saya tidak bermaksud mengajari siapapun, dan bukan
berarti saya sudah termasuk dalam kategori hamba yang sabar, namun saya ingin mengatakan
bahwa untuk meraih apapun kita harus sabar. Berani bermimpi besar harus siap
dengan ujian yang besar pula. Dan Allah tidak akan menguji hamba-hamba-Nya di
luar batas kemampuannya. Kita harus yakin itu, agar kita terhindar dari rasa
putus asa akan rahmat Allah. Sungguh Allah tidak suka dengan orang-orang yang
berputus asa. Wallahu a’lam.