Kamis, 03 Januari 2013

Stres dan Manajemen Stres



A.  Pengertian Stres
Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang. Stres membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom adaptasi umum atau teori Selye, menggambarkan stres sebagai kerusakan yang terjadi pada tubuh tanpa mempedulikan apakah penyebab stres tersebut positif atau negatif. Respons tubuh dapat diprediksi tanpa memerhatikan stresor atau penyebab tertentu (Isaacs, 2004).
Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres; semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003; 158).
Stres menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut dikatakan eustres.
Stres, yang menimpa begitu banyak orang, adalah suatu keadaan batin yang diliputi kekhawatiran akibat perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang berlebihan, cemas dan berbagai tekanan lainnya, yang merusak keseimbangan tubuh. Ketika seseorang menderita stres, tubuhnya bereaksi dan membangkitkan tanda bahaya, sehingga memicu terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh: Kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat; penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi; gula, kolesterol dan asam-asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah; tekanan darah meningkat dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik, dan semua ini memunculkan masalah bagi tubuh.
Oleh karena stres yang parah, khususnya, mengubah fungsi-fungsi normal tubuh, hal ini dapat berakibat sangat buruk. Akibat stres, kadar adrenalin dan kortisol di dalam tubuh meningkat di atas batas normal. Peningkatan kadar kortisol dalam rentang waktu lama berujung pada kemunculan dini gangguan-gangguan seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, luka pada permukaan dalam dinding saluran pencernaan, penyakit pernapasan, eksim dan psoriasis (sejenis penyakit kulit yang ditandai oleh pembentukan bintik-bintik atau daerah berwarna kemerahan pada kulit, yang tertutupi oleh lapisan tanduk berwarna perak) . Kadar kortisol yang tinggi dapat berdampak pada terbunuhnya sel-sel otak.
v  Kepribadian yang rentan terkena stres yaitu:
§  Ambisius, agresif dan kompetitif (suka akan persaingan).
§  Kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung dan marah (emosional).
§  Kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebi (over confidence)
§  Cara bicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam.
§   Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic).
§   Pandai berorganisasi, memimpin dan memerintah (otoriter).
§   Lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan.
§  Kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak rileks), serba tergesagesa.
§  Mudah bergaul (ramah), pandai menimbulkan perasaan empati dan bila tidak tercapai maksudnya mudah besikap bermusuhan.
§  Tidak mudah dipengaruh, kaku (tidak fleksibel).
§   Bila berlibur pikirannya ke pekerjaannya, tidak dapat santai.
§   Berusaha keras untuk dapat segala sesuatunya terkendali.

B.     Indikasi terjadinya stres
Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa
gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :
a.       gejala fisiologik , antara lain : denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst
b.      gejala psikologik , antara lain : resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan, atau perasaan kewalahan (exhausted) dsb.
c.       Tingkah laku, antara lain : berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, ticks, Gemetaran, berubah nafsu makan (bertambah atau berkurang).

C.    Tahap-tahap terjadinya stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja ataupun pergaulan lingkungan sosialnya. Dr. Robert J. an Amberg (1979) dalam penelitiannya terdapat dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
Ø  Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
§  Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
§  Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
§  Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Ø  Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut:
§   Merasa letih sewaktu bangun pagi yang seharusnya merasa segar
§   Merasa mudah lelah sesudah makan siang
§   Lekas merasa capai menjelang sore hari
§   Sering mengeluh lambung/perut tidak nyaman (bowel discomfort)
§   Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
§   Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
§   Tidak bisa santai.
Ø  Stres Tahap III
Apabila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa menghiraukan keluhan-keluhan pada stres tahap II, maka akan menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu, yaitu:
§  Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)
§  Ketegangan otot-otot semakin terasa
§  Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat
§  Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur (middle insomnia), atau bangun terlalu pagi atau dini hari dan tidak dapat kembali tidur (Late insomnia)
§  Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.
Ø  Stres Tahap IV
Gejala stres tahap IV, akan muncul:
§  Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit
§  Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
§  Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
§  kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate)
§  Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
§  Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan
§  Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan
§  Daya konsentrasi daya ingat menurun
§  Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya.


Ø  Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V, yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
§  Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical dan psychological exhaustion)
§  Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana
§  Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal disorder)
§  Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
Ø  Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah sebagai berikut:
§  Debaran jantung teramat keras
§  Susah bernapas (sesak dan megap-megap)
§  Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
§  Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
§  Pingsan atau kolaps (collapse)
Bila dikaji maka keluhan atau gejala sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh, sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.

D.    Dampak terjadinya stres
Dampak stress dibedakan dalam 3 kategori yaitu;
a.       Dampak Fisiologik :
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti : mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.
Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :
·         Gangguan pada organ tubuh , misalnya: otot tertentu mengencang/melemah, tekanan darah naik, kerusakan jantung dan arteri sistem pencernaan, mag, diarhea
·         Gangguan pada sistem reproduksi, misalnya: tertahannya menstruasi, kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kehilangan gairah sex
·         Gangguan pada sistem pernafasan, misalnya: asthma, bronchitis
·         Gangguan lainnya, misalnya: pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst.
b.      Dampak Psikologik:
·         Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’
·         Terjadi ‘depersonalisasi’ ; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘sesorang’
·          Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten & rasa sukses
c.       Dampak Perilaku
·         Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi
·         tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat
·         Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan mengingat informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
·         Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.

E.     Manajemen Stres
Manajemen stres adalah kemampuan penggunaan sumber daya (manusia) secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari manajemen stres itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup individu itu agar menjadi lebih baik. Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada memberi tuntutan yang berlebihan.
Keadaan stres sesungguhnya tidak dapat dihilangkan dari kehidupan seseorang oleh karena itu, upaya yang dilakukan adalah untuk mengurangi stres menurut Potter, et all (1989) yang antara lain adalah;
1)      Membangun kebiasaan baru yaitu; dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia atau individu mempunyai kebiasaan yang unik dalam membantu menyelesaikan kegiatannya sehari-hari.
2)      Menghindari perubahan yaitu; suatu upaya yang dilakukan untuk tidak melakukan perubahan yang tidak perlu atau dapat ditunda.
3)      Menyediakan waktu yaitu; menyediakan waktu tertentu atau membatasi waktu untuk memfokuskan diri beradaptasi dengan stressor.
4)      Pengelolaan waktu yaitu; individu membuat daftar tugas yang harus dilaksanakan dengan memperatikan faktor prioritas.
5)      Modifikasi lingkungan yaitu; merubah lingkungan yang merupakan sumber stressor.
6)      Katakan “tidak” yaitu cara lain untuk mengurangi kecemasan, atau perasaan yang tidak menyenangkan, dengan cara ini individu dapat terhindar dari perasaan tertekan terus menerus yang disebabkan karena ketidak beranianya untuk mengatakan “tidak”.
7)      Mengurangi respon fisiologis terhadap stres
-          Latihan teratur
-          Nutrisi dan diet
-          Istirahat
-          Meningkatkan respon prilaku dan emosi terhadap stres
-          Sistem pendukung
-          Meningkatkan harga diri   
Stres yang datang pada diri seseorang, banyak penyebabnya. Siswa yang tidak lulus ujian nasional, dapat stres. Orangtua yang mengurus anaknya mencari sekolah yang lebih tinggi, dapat stres. Pejabat yang terlalu sibuk, dapat stres. Rakyat kecil yang sukar mendapat makan, dapat stres. Calon Bupati yang mengeluarkan miliaran rupiah dalan pilkada, dapat stres, jika suara yang diharapkan, tidak seperti yang diprediksi. Alhasil, semua golongan dan status social, berpeluang stres. Laki-laki dan perempuan.
Menurut dokter neorologi, perasaan stress sering menjadi musuh dalam selimut.Perasaan ini datang tiba-tiba dan sulit dikendalikan. Bila tidak, dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, seperti jantung, darah tinggi dan stroke. Ibarat sedia payung sebelum hujan. Menghindari stress ada baiknya dilakukan cara berikut:
·         Pertama, Mengeluarkan energi positif, yaitu optimis dalam menghadapi setiap permasalahan. Jangan terlalu keras terhadap diri sendiri. Ketahuilah bahwa setiap rencana, ada hambatan Tapi ada juga solusi.Sebab itu, harus bersikap lebih fleksibel, sehingga dapat menikmati hidup.
·         Kedua, menjaga kesehatan. Dengan cara olahraga yang teratur, tidur yang cukup dan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Olahraga dapat membuat manusia nyaman. Makanan bergizi membangkitkan vitalitas hidup. Sebab itu Islam memerintahkan “ Mengkonsumsi halalan tayibah atau yang bergizi.
·         Ketiga, banyak minum air putih, terutama saat diambang kemarahan. Air putih, dapat menenangkan perasaan, dan berpikir lebih jernih. Rasulullah menganjurkan kalau marah, hendaklah berwudu dan mendinginkan badan (HR.Muslim).
·         Keempat, meluangkan waktu sedikit, untuk setiap minggu, keluar dari rutinitas, dengan berkumpul bersama keluarga. Atau berkunjung kepada teman-teman. Nabi mengajarkan Hubungkan silaturahim, sebab dapat menambah rezeki dan memperpanjang umur (HR.Muslim).
·         Kelima, meningkatkan rasa humor. Secara klinis humor dapat mengatasi stress. Kini sudah muncul kelompok-kelompok di TV yang menjajakan humor 5 sampai 1O menit untuk relaksi. Jangan sampai anda lupa meluangkan waktu biar sebentar.
Menurut Al-Quran, kelima cara yang ditawarkan kesehatan diatas, tidak ada yang bertentangan dengan Al-Quran. Namun Al-Quran lebih memfokuskan terutama kepada dua hal utama dimana Al-Quran sebagai Syifa’ (Penawar) :
·         Sabar :
Jika stress menghadapi masalah yang sukar diputuskan “ salah atau benarnya sesuatu “ maka Al-Quran memberi petunjuk “ fa shabrun jamil “ ( Maka bersabar itu lebih indah ). Dan hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan. (QS. Yusuf 18 ). Ucapan itu disampaikan Nabi Ya’kub, ketika anak-anaknya datang membawa kemeja yang berlumuran darah kepunyaan Yusuf, sebagai bukti bahwa ia telah diterkam binatang buas. Daripada stress, karena darahnya meragukan, Nabi Ya’kub berkata “ Sabar itu lebih indah.” Demikian Sitti Maryam, ketika dituduh melacur karena melahirkan anak (Isa) tanpa ayah, juga sabar, untuk mengobati stres yang berkepanjangan. Bahkan Aisyah, isteri Rasul, ketika digossip, juga menjadikan Sabar sebagai pengobatan dalam stress.
·         Zikrullah:
Mengingat Allah (Zikrullah) termasuk dapat mengatasi stres. Dengan mengingat dan mengembalikan segalanya dari dan untuk Allah, maka stres akan dapat diatasi. Sesuai Al-Quran, “ tathmainn al-qulub “ ( Mengingat Allah, hati akan tenang ) ( QS. Al-Raad 28 ). Menurut ulama Tafsir, Yang masuk Zikrullah, adalah melakukan salat, membaca Al-Quran dan langsung menjebut Lailaha ilallah sebanyak-bamnyaknya. Diperkuat Al-Quran dengan ayat “ Dan carilah pertolongan, dengan berlaku Sabar dan mengerjakan Salat ( QS.2: 45). Menurut Huzaifah, bila Nabi bersedih atau menghadapi masalah, Beliau langsung melakukan salat, sekalipun, sedang dalam perjalanan. Memperbanyak Zikrullah berupa salat sunnat, atau membaca Al-Quran, atau istigfar, atau membaca Lailaha Ilallah. Istigfar yang sering dibaca Rasul “ Allahumma Anta rabbi. Lailaha illa Anta. Khalaqtani waana abduKa. Wa ana ala ahdiKa. Wa wa’diKa mastata’tu. Audzu biKa, min syarri ma shana’tu. Abuu laKa bini’ mati alayya. Waabuu bidzanbi. Fagfirli. fainnahu la yagfir al- dzunuba illa Anta. ( Al-Azkar: 347).
Dari uraian singkat diatas, dipahami mengatasi stres sesuai Al-Quran disamping mencari solusi berupa pengobatan lahir, juga diperlukan pengobatan batin, yaitu meyakini kesempurnaan Tuhan, dan meyakini kekurangan manusia, serta kaifiatnya, banyak bersabar, salat, istigfar dan zikir.

Sumber:

http://islam-itu-indah.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar