Ini adalah
kisah 3 sahabat berstatus ‘mahasiswa tingkat akhir’ yang merasa jenuh dalam
menyelesaikan tugas akhirnya. Kejenuhan itu tidak mampu mereka toleransi lagi
sehingga mereka benar-benar butuh refreshing total. Kisah ini bermula ketika salah
seorang dari mereka mengirimkan sebuah foto ’diver’ di sabang. Terjadilah percakapan
yang sangat panjang di group WA-nya Five
Girls. Singkat cerita hanya tiga orang saja yang bisa pergi yaitu Az, Putri dan
Tini. Sedangkan Emi dan Moli tidak bisa berpartisipasi karena ada kegiatan yang
tidak dapat dielakkan.
Pelabuhan Ulee
Lheu, 28 September 2013
Kapal lambat,
adalah pilihan kami karena kami membawa kendaraan sendiri. Kami butuh waktu
sekitar 2 jam untuk sampai ke Pulau Weh, tujuan kami. Kami berangkat setelah
shalat Asar dan sampai kepeulabuhan Balohan sekitar jam 6 sore. Kedatangan kami
sudah ditunggu oleh sepupu saya. Sebenarnya cara yang paling hemat pergi berlibur
-mendadak dengan budget yang sedikit- adalah dengan menumpang dirumah saudara,
atau dirumah teman hehe.. kami hanya membawa uang Rp. 300.000,00/individu. Jadi
kami harus hemat sehemat-hematnya.
Welcome To
Sabang Island,
Sabang merupakan
sebuah pulau yang memiliki destinasi wisata bahari yang sangat indah. Di sini kita
dapat menikmati alam bawah lautnya dengan menyelam untuk menemukan ratusan
spesies ikan dan kekayaan terumbu karang alami yang bukan ditanam atau
budidaya. Sabang memiliki pantai yang begitu menawan yang sangat cocok untuk
merehatkan pikiran kami para ‘galawer’ tugas
akhir.
Hal yang pertama kami lakukan pada malam pertama disabang adalah pergi
ke taman kuliner, kami ingin icip-icip makanan yang ada disana. Karena
penasaran, saya dan putri memilih sate gurita untuk di icip sedangkan tini
milih menu yang ada nasinya. Malam pertama disabang tidak begitu indah karena
kondisi kami yang belum begitu stabil. Oh iya, saya ingin memperkenalkan guide
cilik, dek Ila, dia keponakan saya dan baru kelas 4 SD. Dia yang menjadi
pemandu kami di kota Sabang ini. Setelah diner
kami memutuskan untuk langsung pulang karena tempat tinggal kami berjarak kira-kira
20 menit dari kota sabang
OUR ADVENTURE,
Pagi-pagi
sekali kami bersiap-siap untuk memulai perjalanan kami menuju beberapa tempat
yang pertama adalah titik Nol Km Indonesia. Sebenarnya saya secara pribadi, ini
adalah kali ketiga saya kesabang tapi baru pertama sekali berhasil sampai ke
titik nol Km. Saya hanya mampu mengucapkan Subhanallah begitu indah ciptaan
Allah. Dapat melihat laut lepas sangat membantu me-refresh kepala yang jenuh. Sabang
memang Luar Biasa.
Tempat berikutnya adalah Iboeh. Iboeh selalu ramai
dengan turisnya, baik turis domestik maupun manca negara. Di iboeh ada banyak
penginapan dimulai dari harga yang murah dengan fasilitas seadanya sampai yang
mahal dengan fasilitas yang bagus.
Di Iboeh ada
banyak jasa yang menawarkan Diving, snorkeling atau paket keliling pulau rubiah
dan pulau-pulau tetangganya. Rencana Awal, kami ingin diving, tapi berhubung kami perginya dadakan tanpa persiapan budget yang matang, akhirnya kami harus
melepas angan-angan diving dan
menggantinya dengan snorkeling. Sebagai
pemula, Kami juga menyewa pemandu agar lebih aman. Pemandu kami adalah Bang
Amir namanya. Dari Bang amir saya tahu bahwa pada tahun 1920-an pulau ini
menjadi tempat karantina calon jamaah haji Indonesia.
Pengalaman snorkeling pertama yang sangat berkesan.
Sabang memang memiliki beraneka ragam spesies laut, yang membuat saya dan
teman-teman takjub. Kami melihat Patrick –bintang laut sahabat spongebob
Squarepants- yang menyedihkannya adalah kami tidak berhasil mengabadikannya
dalam bentuk foto, karena camera yang kami sewa tidak kunjung datang. Selain Patrick,
kami juga sempat mengabadikan Nemo’s Family.
Di pulau ini
kami juga menemukan makam Siti rubiah, makam yang tidak terawat. Makam tersebut
hanya di pagari dengan tembok, kondisi yang sangat menyedihkan.
Makam Siti Rubiah merupakan tempat terakhir yang kami kunjungi untuk perjalan singkat ini. Sebenarnya masih banyak tempat menarik lainnya yang sayang sekali jika tidak dikunjungi seperti air terjun, benteng, gunung berapi dan masih banyak tempat lainnya. Namun, mengingat waktu yang yang kami miliki untuk
refreshing hanya dua hari, dengan berat hati kami harus pulang kembali ke Banda
Aceh, untuk menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Ini kisah kami,