Kamis, 17 April 2014

NEKAT, Traveling To Sabang




Ini adalah kisah 3 sahabat berstatus ‘mahasiswa tingkat akhir’ yang merasa jenuh dalam menyelesaikan tugas akhirnya. Kejenuhan itu tidak mampu mereka toleransi lagi sehingga mereka benar-benar butuh refreshing total. Kisah ini bermula ketika salah seorang dari mereka mengirimkan sebuah foto ’diver’ di sabang. Terjadilah percakapan yang sangat panjang di group WA-nya Five Girls. Singkat cerita hanya tiga orang saja yang bisa pergi yaitu Az, Putri dan Tini. Sedangkan Emi dan Moli tidak bisa berpartisipasi karena ada kegiatan yang tidak dapat dielakkan.
Pelabuhan Ulee Lheu, 28 September 2013

 Kapal lambat, adalah pilihan kami karena kami membawa kendaraan sendiri. Kami butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke Pulau Weh, tujuan kami. Kami berangkat setelah shalat Asar dan sampai kepeulabuhan Balohan sekitar jam 6 sore. Kedatangan kami sudah ditunggu oleh sepupu saya. Sebenarnya cara yang paling hemat pergi berlibur -mendadak dengan budget yang sedikit- adalah dengan menumpang dirumah saudara, atau dirumah teman hehe.. kami hanya membawa uang Rp. 300.000,00/individu. Jadi kami harus hemat sehemat-hematnya.



Welcome To Sabang Island,
Sabang merupakan sebuah pulau yang memiliki destinasi wisata bahari yang sangat indah. Di sini kita dapat menikmati alam bawah lautnya dengan menyelam untuk menemukan ratusan spesies ikan dan kekayaan terumbu karang alami yang bukan ditanam atau budidaya. Sabang memiliki pantai yang begitu menawan yang sangat cocok untuk merehatkan pikiran kami para ‘galawer’ tugas akhir. 
Hal yang pertama kami lakukan pada malam pertama disabang adalah pergi ke taman kuliner, kami ingin icip-icip makanan yang ada disana. Karena penasaran, saya dan putri memilih sate gurita untuk di icip sedangkan tini milih menu yang ada nasinya. Malam pertama disabang tidak begitu indah karena kondisi kami yang belum begitu stabil. Oh iya, saya ingin memperkenalkan guide cilik, dek Ila, dia keponakan saya dan baru kelas 4 SD. Dia yang menjadi pemandu kami di kota Sabang ini. Setelah diner kami memutuskan untuk langsung pulang karena tempat tinggal kami berjarak kira-kira 20 menit dari kota sabang

OUR ADVENTURE,
Pagi-pagi sekali kami bersiap-siap untuk memulai perjalanan kami menuju beberapa tempat yang pertama adalah titik Nol Km Indonesia. Sebenarnya saya secara pribadi, ini adalah kali ketiga saya kesabang tapi baru pertama sekali berhasil sampai ke titik nol Km. Saya hanya mampu mengucapkan Subhanallah begitu indah ciptaan Allah. Dapat melihat laut lepas sangat membantu me-refresh kepala yang jenuh. Sabang memang Luar Biasa. 



Tempat  berikutnya adalah Iboeh. Iboeh selalu ramai dengan turisnya, baik turis domestik maupun manca negara. Di iboeh ada banyak penginapan dimulai dari harga yang murah dengan fasilitas seadanya sampai yang mahal dengan fasilitas yang bagus.

Di Iboeh ada banyak jasa yang menawarkan Diving, snorkeling atau paket keliling pulau rubiah dan pulau-pulau tetangganya. Rencana Awal, kami ingin diving, tapi berhubung kami perginya dadakan tanpa persiapan budget yang matang, akhirnya kami harus melepas angan-angan diving dan menggantinya dengan snorkeling. Sebagai pemula, Kami juga menyewa pemandu agar lebih aman. Pemandu kami adalah Bang Amir namanya. Dari Bang amir saya tahu bahwa pada tahun 1920-an pulau ini menjadi tempat karantina calon jamaah haji Indonesia. 

Pengalaman snorkeling pertama yang sangat berkesan. Sabang memang memiliki beraneka ragam spesies laut, yang membuat saya dan teman-teman takjub. Kami melihat Patrick –bintang laut sahabat spongebob Squarepants- yang menyedihkannya adalah kami tidak berhasil mengabadikannya dalam bentuk foto, karena camera yang kami sewa tidak kunjung datang. Selain Patrick, kami juga sempat mengabadikan Nemo’s Family.


Di pulau ini kami juga menemukan makam Siti rubiah, makam yang tidak terawat. Makam tersebut hanya di pagari dengan tembok, kondisi yang sangat menyedihkan. 
Makam Siti Rubiah merupakan tempat terakhir yang kami kunjungi untuk perjalan singkat ini. Sebenarnya masih banyak tempat menarik lainnya yang sayang sekali jika tidak dikunjungi seperti air terjun, benteng, gunung berapi dan masih banyak tempat lainnya. Namun, mengingat waktu yang yang kami miliki untuk refreshing hanya dua hari, dengan berat hati kami harus pulang kembali ke Banda Aceh, untuk menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa tingkat akhir.
Ini kisah kami,




Sabtu, 05 April 2014

TA oh TA



Skripsi merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa tingkat akhir. Setiap orang memiliki cerita masing-masing mengenai cara dia mengakhiri status mahasiswanya, dan setiap orang juga memiliki berbagai “kesulitan” tersendiri dalam proses tersebut. Ada yang sejak awal pengajuan judul penelitian langsung di approve, tetapi memiliki hambatan setelah seminar proposal penelitian. Ada yang harus mengganti judul penelitian disaat begitu banyak literatur dan berbagai jurnal dari setiap belahan indonesia sudah banyak terunduh. Ada yang dihadapkan dengan “kesulitan” sejak awal pengajuan judul penelitian hingga seminar proposal, bahkan yang lebih menyedihkan lagi harus mengganti Variabel penelitian, padahal dia sudah menyelesaikan BAB IV dan BAB V. Pada saat itu rasanya hati mau pecah dan bumi terasa begitu lambat berputar, sehingga siang begitu lama berjumpa dengan malam (mulai ngawur). Ini adalah beberapa fenomena yang terjadi disaat saya dan teman-teman BK’09 berusaha menyesaikan tugas akhir, dan saya juga yakin mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir di luar sana juga merasakan hal yang sama atau bahkan lebih, hanya Tuhan dan dirinya yang tahu.
Saya sebagai mahasiswa tingkat akhir kala itu juga merasakan hal yang sama. Saya merasakan kesulitan saat mengajukan judul penelitian yang setelah penolakan sebanyak lima kali dalam masa satu semester (6 bulan) baru mendapat approval ketika memasuki semester berikutnya. Rasanya ketika dosen menolak judul penelitian itu lebih sakit dibandingkan ditolak cinta (hehehe). Ketika itu saya hampir putus asa, banyak support yang diberikan oleh teman-teman, tapi sama sekali tidak memiliki dampak yang besar pada saya saat itu (maafkan saya teman), karena saya tidak mampu mengendalikan diri saya sendiri. Saat itu saya juga sangat mudah diserang berbagai penyakit yaitu susah mengontrol emosi, mudah kecemasan dan stres.
Sebenarnya masih banyak hal lain yang saya alami hingga akhirnya saya menyelesaian tugas akhir ini, tapi pada kesempatan ini saya tidak ingin membahas mengenai “kesulitan” saya secara mendetil, namun yang ingin saya sampaikan bahwa “Setiap orang punya kesulitan tersendiri dalam menyelesaikan tugas akhirnya, jadi  jangan suka berasumsi negatif, karena mereka sudah cukup stres dengan berbagai hambatan dalam menyelesaikan tugas akhirnya, karena asumsi-asumsi negatif itu hanya akan membuat mereka lebih terpuruk”. Menurut saya, tugas kita sebagai teman yang baik adalah tetap mengingatkan mereka ketika mereka mulai lengah, dan saya yakin tidak ada kata “tidur nyenyak” dalam kamus mahasiswa tingkat akhir sebelum dia merampungkan tugas akhirnya. Wallaua’lam.
Note: semoga tulisan singkat ini bermanfaat dan penulis meminta maaf jika 
         ada kata-kata yang kurang menyenangkan..