Rabu, 31 Oktober 2012

Pengertian, fungsi dan bentuk motivasi


A.   Pengertian Motivasi
Atkinon telah mengungkapkan, motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih kontroversial. Konsep motivasi semakin sulit didefinisikan, ketika dalam pembahasan psikologi terdapat istilah motif yang dalam penggunaannya terkadang berbeda dalam istilah motivasi. Dan kadang-kadang motif dan motivasi itu digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang sama, hal ini disebabkan karena pengertian motif dan motivasi  keduanya sukar dibedakan secara tegas. Motif itu adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu. Motif dapat berupa kebutuhan dan cita-cita. Motif ini merupakan awal dari proses motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi ( kesiap siagaan) saja. Sebab motif tidak selamanya aktif. Motif aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sangat mendesak.
Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif dan daya penggerak menjadi aktif. Motif yang telah menjadi aktif inilah yang di sebut motivasi. Motivasi dapat di definisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut Mc. Donald Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif ( perasaan ) dan reaksi untuk mencapai tujuan. perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktifitas nyata berupa kegiatan fisik. karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktifitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.
 Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu:
1.      Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
2.      Mengarahkan. Berarti  motivasi mengarahkan tingkah laku dengan demikian ia menyediakan suatu orentasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
3.      Menopang. Artinya, motivasi di gunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan tertentu individu.
Dalam perkembangannya, motivasi dapat di bedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.      Motivasi intrinsic, adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsic siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masapan siswa yang bersangkutan.
2.      Motivasi ekstrinsik, adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar.kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik disekolah maupun dirumah.
Proses motivasi meliputi tiga langkah, yaitu:
1.      Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong (desakan, motif, kebutuhan dan keinginan) yang menimbulkan suatu ketegangan atau tension.
2.      Berlangsungnya kegiatan atau tingkah laku yang diarahkan kepada pencapaian  suatu tujuan  yang akan mengerdurkan atau menghilangkan ketegangan.
3.      Pencapaian tujuan dan berkurangnya atau hilangnya ketegangan.
Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1.      Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu perbuatan karena takut Seseorang melakukan kejahatan karena takut akan ancaman dari teman-temannya kebetulan suka melakukan kejahatan. Seseorang mungkin juga suka membayar pajak atau                    mematuhi peraturan lalu lintas, bukan karena menyadari sebagai kewajibannya, tetapi karena takut mendapat hukuman.
2.      Motivasi  insentif atau incentive motivation, individu melakukan sesuatu perbuatan untuk mendapatkan sesuatu insentif. Bentuk insentif ini bermacam-macam, seperti : mendapatkan honorarium, bonus, hadiah, penghargaan, piagam, tanda jasa, kenaikan pangkat, kenaikan gaji, promosi jabatan, dll.
3.      Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini lebih bersifat intrinsik, muncul dari dalam diri individu, berbeda dengan dua motivasi sebelumnya yang lebih bersifat ekstrisik dan datang dari luar diri individu.Sikap merupakan suatu motivasi karena menunjukkan ketertarikan atau ketidaktertarikan seseor an terhadap suatu objek. Seseorang yang mempunyai sikap positif terhadap sesuatu akan menunjukkan motivasi yang besar terhadap hal itu. Motivasi datang dari dirinya sendiri karena adanya rasa senang atau suka serta faktor-faktor subjektif lainnya.
Fungsi Motivasi Dalam belajar, yaitu:
1.      Mendorong manusia berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.      Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus di kerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Bentuk- Bentuk Motivasi dalam Belajar adalah:
a.       Memberi Angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik agar  lebih giat belajar. Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan kepada anak didik untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan prestasi belajar mereka di masa mendatang.
b.      Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang- kenangan/ cendra mata. Pemberian hadiah bisa berupa, bea siswa, buku- buku tulis, pensil, atau buku- buku bacaan lainnya.
c.       Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar mereka bergairah dalam belajar. Persaingan baik dalam bentuk individu maupun kelompok diperlukan dalam pendidikan. Kondisi ini bisa dimanfaatkan untuk menjadikan proses interaksi belajar mengajar yang kondusif.
d.      Ego- Involment
Menumbuhkan kesadaran pada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang sangat penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga diri. Begitu juga dengan anak didik sebagai subjek belajar.
e.       Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh- jauh hari untuk menghadapi ulangan. Berbagai usaha di tempuh agar dapat menguasai semua bahan pelajaran sehingga memudahkan mereka  untuk menjawab setiap item soal yang diajukan oleh pendidik.
f.       Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil, anak didik terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi bila hasil belajar itu mengalami kemajuan, anak didik cenderung berusaha untuk mempertahankannya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya agar mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik pada semester berikutnya.
g.       Pujian
Pujian yang di ucapkan pada waktu yang tepat dapat di jadikan sebagai alat motivasi. Pujian adalah bentuk reinforcement (alat bantu)  yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Guru bisa memaafkan pujian untuk memuji keberhasilan anak didik dalam mengerjakan pekerjaan di sekolah. Pujian di berikan sesuai dengan hasil kerja, bukan di buat- buat atau bertentangan sama sekali dengan hasil kerja anak didik.
h.      Hukuman
Meski hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak merupakan alat motivasi yang baik dan efektif. hukuman akan merupakan alat motivasi bila dilakukan dengan pendekatan edukatif, bukan karena dendam. pendekatan edukatif yang dimaksud disini adalah sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan anak didik yang dianggap salah. sehingga dengan hukuman yang diberikan itu anak didik tidak mengulangi kesaahan dan pelanggaran. minimal mengurangi frekuensi pelanggaran. akan lebih baik bila anak didik berhenti melakukannya dihari mendatang. 
i.        Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala kegiatan tanpa maksud. hasrat untuk belajar berarti pada anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih baik dari pada anak didik lain yang tak berhasrat untuk belajar. hasrat untuk belajar merupakan potensi yang tersedia didalam diri anak didik.
j.        Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktifitas. seseorang yang berminat terhadap suatu aktifitas akan memperhatikan aktifitas itu secara konsisten dengan rasa senang.
k.      Tujuan yang di akui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak didik merupakan alat motivasi yang sangat penting. apabila tujuan tersebut dapat dicapai maka sangan berguna dan menguntungkan bagi anak didik, sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.
B. Teori-teori Motivasi.
1.Teori Hedonisme
    Hedonism berasal dari bahasa yunani yang berarti kesukaan,kesenangan,dan kenikmatan.Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi.Pada abad ketujuh belas,Hobbes menyatakan bahwa apapun alasannya yang diberikan seseorang untuk perilakunya,sebab-sebab terpendam dari semua perilaku itu adalah kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.
   Oleh karenanya,setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan,manusia cenderung memilih alternatif pemecahan, yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, dan penderitaan. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan kesenangan. Siswa di kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika yang mereka benci tidak dapat mengajar karena sakit. Menurut teori Hedonisme, para siswa harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas belajar matematika, dengan cara memenuhi kesenangannya.
2.Teori Naluri (Psikoanalisis)
    Teori naluri ini merupakan bagian terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia. Naluri merupakan suatu kekuatan biologis bawaan, yang mempengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaan tepat. Sehingga semua pemikiran dan perilaku manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal.
   Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan. Frued juga percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa disadari menentukan setiap sikap dan perilaku manusia.
3.Teori Reaksi yang Dipelajari
   Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan tempat orang lain itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat dia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang di pimpinnya.
4.Adanya Teori Pendorong (Drive Theory )
   Teori ini merupakan panduan antara “ teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari” . Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada lawan jenis. Semua orang dalam sebuah kebudayaan mempunyai daya pendorong pada lawan jenis . Namun, cara-cara yang digunakan berlain-lainan bagi tiap individu, menurut latar belakang dan kebudayaan masing-masing.
5.Teori Kebutuhan
   Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya,adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis.
C. Cara Peningkatan Motivasi Siswa Berprestasi
 a. Menggairahkan Anak Didik
Dalam kegiatan rutin di kelas sehari- hari guru harus berusaha menghindari hal- hal yang membosankan. Guru harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal- hal yang perlu dipikirkan dan di    lakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu dalam situasi belajar.
b. Memberikan Harapan Realistis
Guru harus memelihara harapan- harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan- harapan yang kurang atau tidak realistis. Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan- harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimis.
c. Memberikan Insentif
Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru di harapkan memberikan hadiah kepada anak didik ( pujian, angka yang baik ) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan- tujuan pengajaran.
d. Mengarahkan Perilaku Anak Didik
Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas anak guru. Disini kepada guru di tuntut untuk memberi kan respon terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas.
D. Cara Peningkatan Motivasi Belajar Siswa
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut: 
1.  Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.   Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
  
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.  Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
 Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.   Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9.    Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10.Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

Selasa, 30 Oktober 2012

pendekatan psikoanalisa


A.   Latar Belakang Lahirnya Pendekatan Psikoanalisis
Pendekatan psikoanalisi dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Sigmund Freud merupakan orang Jerman keturunan Yahudi lahir 6 Mei 1856 di Freiberg dan meninggal di London 23 September 1939. Psikoanalisis mulai diperkenalkan oleh Freud pada buku pertamanya yaitu penafsiran atas mimpi (Dream Interpretation) pada tahun 1900.
Istilah psikoanalisis mula-mula hanya digunakan pada hal-hal yang berhubungan dengan Freud saja, sehingga psikoanalisis dan psikoanalisis freud memiliki arti yang sama. Hal ini disebabkan karena murid-murid freud yang mengembangkan teori psikoanalisis baik yang sejalan maupun tidak, pada umumnya menggunakan istilah atau menggunakan nama yang berbeda untuk menunjukkan identitas ajaran mereka. Seperti Carl Gustav Jung dan Alfred Adler yang menciptakan psikologi analitis (analytical psychology) dan psikologi individual (individual psychology). Namun sejak psikoanalisis menjadi mode yang tersebar luas, istilah psikoanalisis banyak digunakan tidak saja pada hal-hal yang bersangkutan dengan Freud. Sampai akhir abad ke-19, ilmu kedokteran berpendapat bahwa semua gangguan psikis berasal dari salah satu kerusakan organis dalam otak. Belum banyak iluan yang meneliti area afektif yang menyebabkan gangguan psikis. Psikoanalisis merupakan salah satu factor yang memberikan pengaruh dalam mengubah pendapat tentang penyebab gangguan psikis.


B.   Pandangan Tentang Manusia
Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional, motivasi bawah sadar (unconsciousness motivation), dorongan (drive) biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual selama enam tahun pertama kehidupan. Insting merupakan pusat dari pendekatan yang dikembangkan oleh Freud. Walaupun Freud pada dasarnya menggunakan istilah libido yang engacu pada energy seksual, ia mengembangkan istilah ini menjadi energi seluruh insting kehidupan. Insting-insting ini  bertujuan sebagai pertahanan hidup dari individu dan manusia, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas. Libido dipahami sebagai sumber motivasi yang lebih luas dari sekedar energy seksual. Freud memasukkan tingkah laku yang bertujuan mendapatkan kesenangan dan menghindari kesakitan merupakan libido.
C.   Struktur Kepribadian
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem: id, ego dan superego. Ketiganya adalam nama bagi proses psikologis dan jangan dipikirkan sebagai agen-agen yang secara terpisah mengoperasikan kepribadian. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis sedangkan superego merupakan komponen social.
Pada orang yang dianggap sehat mental, ketiga komponen merupakan kesatuan organisasi yang harmonis. Sehingga memungkinkan individu berhubungan dengan lingkungan secara efesien dan memuaskan. Bila ketiga system bertentangna satusama lain, individu mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Tingkahlaku manusia hamper semua merupakan produk interaksi ketiga sistem tersebut.
Id : sistem  dasar  kepribadian— libido  yang meliputi instink-instink  manusia  berupa dorongan unruk mempertahankan hidup(life instinct) merupakan dorongan  seksual  dan dorongan untuk mati (death instinct) merupakan dorongan  agresi (marah, menyerang orang lain, berkelahi) . Id adalah  tidak  rasional,  tidak  bermoral,  dan  didorong  oleh  satu pertimbangan demi  terpenuhinya  kepuasan  kebutuhan  yang  bersifat insting sesuai dengan prinsip kesenangan.  
Ego  :  bagian  kepribadian  yg  bertugas  sebagai  pelaksana,ia bertindak sebagai eksekutif yang mengatur,menggontrol, meregulasi kepribadian. Ego tidak  dibawa sejak  lahir, tetapi berkembang seiring dengan  hubungan individu  dengan  lingkungan dan memiliki prinsip  :  realitas. Tugas utama ego adalah memediasi antara insting dengan lingkungan sekitar. Ego mengontrol kesadara dan bertindak sebagai sensor. Ego memiliki tiga fungsi yaitu:
ü  Prinsip kenyataan (reality principle), bertujuan untuk mencegah terjadinya ketegangan sampai ditemukan objek yang sesuai.
ü  Pengujian terhadap kenyataan (reality testing), ego mengotrol semua fungsi kognitif dan intelektual, menyusun rencana pemenuhan kebutuhan dan menguji rencana tersebut. Esekutif kepribasian berfungsi untuk mengontrol pintu-pintu kearah tindakan, memilih lingkungan, memutuskan insting mana yang akan dipuaskan, bagaimana cara untuk memuaskannya.
ü  Mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) yaitu mengendalikan id dan menghalau implus dan perasaan cemas yang tidak menyenangkan melalui strategi tingkah laku yang dipilih oleh individu yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan ego memiliki dua karakteristik yaitu, menyangkal realitas dan mengganti realitas. Ada beberapa pertahanan ego yang digunakan oleh individu dalam berhubungan dengan orang lain diantaranya:
a.       Identifikasi : menyatukan  ciri-ciri  orang  lain  kedalam  kepribadian  sendiri. Misalnya seorang anak yang sangat mencintai ayahnya, dan ia meniru segala sesuati yang berhubungan dengan ayahnya atau dengan kata lain ia ingin menjadi seperti ayahnya.
b.      Displacemen (penempatan yang keliru): mengalihkan perhatian dari objek utama ke objek pengganti yang lain ketika insting terhalangi, melalui: kompensansi  dan  sublimasi. Misalnya kemarahan anak kepada orangtua dilampiaskan kepada saudara yang lebih kecil atau objek lain arena takut dimarahi kembali oleh orang tua.
c.       Represi : menolak  atau  menekan  dorongan-dorongan yang  muncul  dengan  cara tidak  mengakui  adanya  dorongan  itu.  Didalam represi individu secara tidak sadar menghalangi pikiran yang menyakitkan dari memori. Contohnya anak yang kurang berprestasi (underachivement) mungkin menekan ingatan-ingatan yang menyakitkan tantang pengalaman mengalami kegagalan pada masa sekolah.
d.      Proyeksi : melemparkan keadaan diri ( misalnya kecemasan) kepada orang atau subjek lain. Misalnya Anggi membenci Indah, maka Anggi mengatakan bahwa Indah membencinya.
e.       Reaksi Formasi : mengganti dorongan yang muncul dengan hal-hal yang sebaliknya. Misalnya seorang ibu yang memiliki perasaan menolak terhadap anaknya, karena adanya perasaan berdosa, ia menampilkan tingkahlaku yang sangat berlawanan, yaitu terlalu melindungi anaknya. Orang yang menunjukkan sikap menyenagkan yang berlebihan atau terlalu melarang boleh jadi berusaha menutupi kebencian dan perasaan-perasaan negatifnya.
f.       Fiksasi : terpaku pada satu tahap perkembangan karena takut memasuki tahap perkembangan  berikutnya, karena perkembangan selanjutnya sangat sukar sehingga menimbulkan kecemasan dan frustasi yang berlebihan. Misalnya seoranr remaja atau orang dewasa yang hidup dengan orang tua memiliki kecemasan yang berlebihan untuk mandiri, sehingga bergantung kepada orang tua secara berlebihan pula.
g.      Regresi merupakan usaha untuk menghindari kegagalan atau ancaman terhadap ego, individu mundur kembali ketaraf perkembangan yang paling rendah. Misalnya Tino kembali bersikap kekanak-kanakan karena takut akan bebani tanggungjawab atau karena takut tidak mendapatkan perhatian.
h.      Introyeksi adalah suatu bentuk pertahanan diri yang dilakukan dengan menganmbil alih nilai-nilai dan standar orang lain baik positif maupun negative. Misalnya anak yang sering mendapatkan perlakuan keras ketika masa kecilnya, mengambil cara orangtuanya mengatasi stress sehingga melestarikan silkus kekerasan.
i.        Penyangkalan yaitu menolak kenyataan, dan menggantinya dengan halusinasi.
j.        Rasionalisasi merupaka cara untuk memberikan alas an-alasan yang masuk akal sebagai usaha untuk mempertahankan egonya sehingga seolah-olah dapat dibenarkan.
Superego :  kontrol internal. Superego merupakan wewenamg moral dari kepribadian dan mempresentasikan hal-hal yang ideal, bukan yang real, memperjuangkan kesempurnaan, bukan kenikmatan, memutuskan benar-salah, bertindak sesuai dengan moral masyarakat. Superego terdiri  dari dua bagian yaitu :
1.      Suara hati (conscience) : apa  yang  seharusnya  tidak dilakukan. Suara hati berisi hal-hal yang menurut orang tua tidak baik dilakukan dan jika dilakukan maka akan mendapatkan hukuman.
2.      Ego – ideal : apa  yang  seharusnya  saya  menjadi. Ego ideal merupakan wadah yang menampung hal-hal yang diharapkan untuk dilakukan dan bila dikerjakan mendapatkan hadiah. Dalam proses ini terdapat introyeksi yaitu proses masuknya suara hati dan ego ideal yang berasal dari pendidikan orang tua kedalam diri individu sehingga membentuk control diri.
D.   Perkembangan Kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalisis merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Corey (1986) menemukan bahwa permasalahan yang ditemuinya dalam konseling individual dan kelompok adalah (1) ketidakmampuan mempercayai diri sendiri dan orang lain, ketakutan akan cinta dan hubungan yang dekat, serta rendahnya percaya diri (self-esteem), (2) ketidakmampuan mengenali dan mengekspresikan kemarahan, kemarahan dan kebencian, dan (3) ketidakmampuan untuk menerima sepenuhnya seksualitas diri dan perasaan seksual, kesulitan menerima diri sebagai perempuan atau laki-laki.
Dalam pendekatan psikoanaisis, terdapat lima fase perkembangan psikoseksual, yaitu:
1.      Fase Oral (0-1 tahun)
Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya, melalui menghisap dan menggigit. Pada masa ini hubungan social bayi lebih bersifat fisik dan objek terdekat adalah ibu. Masalah kepribadian yang muncul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pada fase ini adalah ketidakpercayaan kepada orang lain, menolak cinta dari orang lain, dan ketakutan serta ketidak mampuan membentuk hubungan yang intim.
2.      Fase Anal (1-3 tahun)
Pusat kenikmatan terletak pada daerah anus yaitu melalui menahan dan melepaskan terutama saat buang air besar. Tugas perkembangan yang utama pada masa ini adalah belajar kemandirian, menerima kekuatan personal dan belajar mengeksresikan perasaan negative seperti kemarahan dan agresi. Pada masa ini peran orang tua dalam mendisiplinkan anak memiliki konsekuensi signifikan dalam perkembangan kepribadian anak dimasa yang akan dating. Dalam tahap ini juga pembentukan kata hati dan hati nurani.
3.      Fase Phallic (3-5 tahun)
Anak memindahkan pusat keuasan pada daerah kelamin. Fase ini merupakan pembentukan identitas seksual. Anak mulai tertarik perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Konflik yang terjadi pada masa ini berpusat pada hasrat inses yang tidak disadari yang dikembangkan oleh anak kepada orangtua yang berlawanan jenis kelamin. Cara orang tua merespon secara verbal dan nonverbal terhadap keinginan seksual anak memiliki pengaruh pada pembentukan identitas seksual dan perasaan yang dikembangkan oleh anak.
4.      Fase Laten (5-12 tahun)
Fase ini disebut juga dengan masa tenang dimana minat seksual digantikan oleh minat pada sekolah, teman bermain, olahraga dan berbagai aktivitas yang baru bagi anak. Karena pada masa ini perkembangan pesat terjadi pada aspek motorik dan kognitif. Pada masa ini sosialisasi sebagai anak meluas ke luar keluarga inti dan membentuk hubungan dengan orang lain.
5.      Fase Genital (12 ke atas)
Fase ini adalah tahap akhir perkembangan psikoseksual. Pada masa ini alat reproduksi seksual mulai matang dan mulai terjadi puber, energy psikis libido diarahkan  untuk hubungan heteroseksual. Individu menggunakan energy seksual pada berbagai aktivitas yang diterima masyarakat seperti membangun pertemanan, terlibat pada aktivitas seni, dan olahraga serta mempersiapkan karir.
E.   Tujuan Konseling
Tujuan konseling pendekatan psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititik beratkan pada usaha konselor agar konseli dapat menghayati, memahami dan mengenal pengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama antara umur 2-5 tahun. Pengalaman-pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian konseli dapat direkontruksi kembali.
Jadi penekanan konseling adalah pada aspek afektif sebagai pokok pangkal munculnya ketidaksadaran manusia. Sudah barang tentu tilikan kognitif tetap diperhatikan, akan tetapi tidak sepenting aspek afektif.
F.    Peran Dan Fungsi Konselor
o   Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal oleh konseli.
o   Sedikit bicara tentang dirinya dan jarang sekali menunjukkan reaksi pribadinya.
o   Konselor membuat suatu hubungan kerja dengan konseli.
o   Konselor mendengarkan dan kemudian memberikan tafsiran terhadap pernyataan konseli.
o   Konselor memberikan perhatian terhadap keadaan resistensi konseli yaitu suatu keadaan dimana konseli melindungi suatu perasaan, trauma, dan kegagalan konseli terhadap konselor
o   Mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran konseli yang dilindungi dengan cara transferensi.
G.  Proses Konseling
Secara sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti berikut ini.
1)      Membina hubungan konseling yang terjadi pawa tahap awal konseling.
2)      Tahap krisis bagi konseli yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
3)      Tilikan terhadap masa lalu konseli terutama masa kanak-kanaknya.
4)      Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
5)      Pengembangan hubungan transferensi konseli dengan konselor.
6)      Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7)      Menutup wawancara konseling.
H.  Teknik-Teknik Konseling
Adapun Teknik dasar dalam konseling psikoanalisis adalah sebagai berikut:
a.      Asosiasi bebas: Dalam asosiasi bebas, konseli mengabaikan cara normal dalam mensensor pemikiran secara sadar menekan pemikiran tersebut dan bukannya mengatakan apa yang ada dibenaknya, meskipun jika pemikiran tersebut terdengar konyol, irasional, sugestif, atau menyakitkan. Dengan begini, id diminta untuk berbicara dan ego tetap diam (Freud, 1936). Materi tak sadar memasuki pikiran sadar, dan disitu konselor menginterpretasikannya.
Asosiasi bebas betujuan untuk meninggalkan cara berpikir yang biasa menyensor pikiran. Hal ini dilakukan dengan meminta konseli berbaring rileks, kemudian diminta untuk mengasosiasikan kata-kata yang diucapkan sendiri atau oleh konselor, dengan kata yang pertama sekali muncul dalam ingatannya tanpa memperhitungkan baik buruk, benar-salah, atau meskipun kelihatan aneh, irasional, menggelikan, atau menyakitkan.
b.      Analisis Mimpi. Freud yakin bahwa mimpi merupakan jalan utama untuk memahami alam tidak sadar, bahkan menyebutnya “ jalan mewah menuju alam tidak sadar. ” Ia berpikir mimpi merupakan suatu upaya untuk memenuhi keinginan di masa kanak-kanak atau ekspresi hasrat seksual yang tidak diakui. Di dalam analisa mimpi, konseli didukung untuk bermimpi dan mengingat mimpi-mimpinya. Konselor harus benar-benar sensitive terhadap dua aspek mimpi: isi manifestasi (makna yang jelas) dan isi laten (tersembunyi tetapi makna yang benar) (Jones, 1979). Ahli analisa membantu menginterpretasikan ke dua aspek tersebut kepada konseli.
c.       Analisis Tranferensi. Transference merupakan tanggapan konseli pada konselor seolah-olah konselor tersebut adalah gambar yang signifikan di dalam kehidupan masa lalu konseli, biasanya gambar orang-tua. Ahli analisa mendukung transference ini dan menginterpretasikan perasaan negatif maupun positif yang diekspresikan. Pengungkapan ekspresi ini bersifat terapi, dan meringankan beban. Tetapi nilai sebenarnya dari pengalaman ini berada pada rasa sadar yang meningkat pada diri klien itu sendiri, yang keluar melalui analisa transference konselor. Mereka yang mengalami transference dan memahami apa yang terjadi kemudian akan merasa lepas untuk maju ke tahap perkembangan yang selanjutnya.
d.      Analisis Resistensi. Terkadang konseli mengalami kemajuan pesat saat menjalani psikoanalisis dan kemudian melambat atau berhenti. Resistensi mereka terhadap proses terapi ini dapat berupa, seperti misalnya melewatkan janji temu, datang terlambat, tidak membayar biaya perawatan, tetap berada pada transference, memblokir pemikiran pada asosiasi bebas, atau menolak untuk mengingat mimpi atau kenangan yang lebih awal. Analisa konselor terhadap resistensi dapat membantu konseli untuk mendapatkan pencerahan tentang hal ini dan juga pada perilaku lainnya. Jika resistensi tidak dihadapi, maka proses terapi tersebut kemungkinan akan mengalami kebuntuan lagi.
e.       Interpretasi. Interpretasi harus dipandang sebagai bagian dari teknik-teknik yang telah kita amati dan bersifat saling mendukung. Ketika memberikan interpretasi, konselor membantu konseli memahami makna peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau dan masa kini. Interpretasi memberikan penjelasan dan analisa terhadap pemikiran, perasaan dan tindakan klien. Para konselor harus berhati-hati dalam menggunakan Teknik interpretasi. Jika dilakukan terlalu cepat, hal itu dapat membuat konseli menjauh. Tetapi, jika tidak digunakan sama sekali atau digunakan terlalu sering, maka konseli akan gagal dalam mendapatkan pencerahan.